
Wartagereja-jabar.com – Jakarta, Bekasi, Tangerang Selatan – Banjir besar melanda wilayah Jabodetabek pada Senin (3/3) malam hingga Selasa (4/3), menyebabkan kelumpuhan di sejumlah wilayah, terutama Kota Bekasi. Banjir kali ini disebut sebagai yang terparah sejak banjir besar 1 Januari 2020, bahkan melebihi ketinggian air saat itu. Ribuan rumah dan sejumlah fasilitas publik terendam, memaksa ribuan warga mengungsi.
Bekasi Lumpuh Total
Kota Bekasi dinyatakan lumpuh pada Selasa (4/3) akibat banjir yang menggenangi hampir seluruh wilayah. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan bahwa delapan dari 12 kecamatan di Bekasi terdampak banjir, dengan wilayah terparah berada di sepanjang Sungai Bekasi, terutama di pertemuan Kali Cikeas dan Cileungsi. Ketinggian air mencapai lebih dari 8 meter, melampaui banjir tahun 2016 dan 2020. Jalan utama, kantor pemerintahan, dan permukiman warga terendam, memaksa pemerintah kota fokus pada penanganan darurat dan evakuasi warga.
Seorang warga Bekasi, Arif (66), warga Perumahan Pondok Mitra Lestari, menggambarkan betapa parahnya banjir kali ini. “Semua habis, air merendam lantai satu rumah saya,” ujarnya pada Rabu (5/3) saat dihubungi dari lantai dua rumahnya yang masih terendam. Tanggul di Kemang Pratama jebol menjadi salah satu penyebab utama banjir di wilayahnya.
Jakarta dan Tangerang Selatan Terdampak
Selain Bekasi, banjir juga meluas ke Jakarta dan Tangerang Selatan. BPBD Jakarta mencatat 77 RT di Jakarta terdampak banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung, Krukut, dan Pesanggrahan. Ketinggian air bervariasi hingga mencapai 10 meter di beberapa titik. Warga terpaksa mengungsi ke masjid dan sekolah-sekolah.
Di Tangerang Selatan, 11 wilayah dilaporkan terendam banjir akibat meluapnya Kali Serua. BPBD Tangerang Selatan menyebutkan ketinggian air mencapai 20-120 cm dan berdampak pada ratusan kepala keluarga.
Banjir Lebih Parah dari 2020
Komunitas Peduli Cileungsi Cikeas (KP2C) melaporkan bahwa banjir kali ini lebih parah dibandingkan banjir 1 Januari 2020. Puarman dari KP2C menyatakan bahwa tinggi air di pertemuan Kali Cileungsi dan Cikeas mencapai 8,25 meter, melebihi 7,8 meter pada banjir 2020. Data KP2C pada 4 Maret 2025 menunjukkan ketinggian banjir mencapai 2,75 meter, lebih tinggi dari 2,3 meter pada 1 Januari 2020. Sebanyak 19 RW dengan 4.717 KK terdampak banjir akibat luapan Sungai Cileungsi.
Cuaca Ekstrem dan Peringatan BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di awal Ramadan. Kondisi atmosfer yang tidak stabil, termasuk aktivitas gelombang atmosfer dan sirkulasi siklonik, meningkatkan potensi hujan lebat di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek. BMKG memprediksi hujan lebat hingga sangat lebat masih akan terjadi hingga 10 Maret 2025 di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek.
Dampak dan Penanganan
Banjir ini menyebabkan kerugian materil yang signifikan, termasuk kerusakan rumah, kendaraan, dan barang-barang berharga lainnya. Pemerintah daerah masih mendata jumlah kerugian dan warga yang terdampak. Fokus utama saat ini adalah penyelamatan dan evakuasi warga, penyediaan tempat pengungsian, serta bantuan logistik bagi para korban banjir. (Mas Dharma EL/Red.)