
Wartagereja-jabar.com – Jakarta – Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus. Bapa Suci dikabarkan wafat di kediamannya di Vatikan pada Senin, 21 April 2025, pukul 07.35 pagi waktu Roma, dalam usia 88 tahun.
Kabar duka tersebut disampaikan secara resmi oleh Kardinal Kevin Farrell, Kamerlengo Vatikan. Menanggapi berita duka ini, Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) segera menggelar konferensi pers di kantor Pusat DPP PWGI di kawasan Juanda, Gambir, Jakarta, pada hari yang sama.
Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), Dharma Leksana, S.Th., M.Si., mengungkapkan rasa kehilangan yang besar. Ia secara khusus mengenang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia yang membawa pesan damai dan kerukunan. “Paus Fransiskus pernah berkunjung ke Indonesia dengan pesan damai dan kerukunan,” ucap Dharma Leksana.
Dharma Leksana mengingatkan kembali momen bersejarah pada 4 September 2024, ketika Paus Fransiskus mengunjungi Istana Negara dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga memperkenalkan Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, kepada Bapa Suci. Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus Fransiskus menyampaikan pidato yang kuat mengenai perdamaian dan kerukunan, menekankan bahwa perbedaan seharusnya tidak menjadi sumber permusuhan.
“Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika seluruh kelompok suku dan agama bertindak dalam semangat persaudaraan,” ujar Paus Fransiskus dalam bahasa Italia yang diterjemahkan pada saat itu.
Beliau juga menegaskan bahwa menjaga nilai-nilai kerukunan adalah tanggung jawab setiap individu, terutama bagi mereka yang memegang kewenangan. Paus Fransiskus menekankan keinginan Gereja Katolik untuk meningkatkan dialog antaragama demi menghapus prasangka dan menumbuhkan saling menghargai serta saling percaya.
Pada hari ketiga kunjungannya di Indonesia, 5 September 2024, Paus Fransiskus juga mengunjungi Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Momen ini dipuji oleh Paus sebagai simbol kerukunan beragama di Indonesia. “Mengenai hal ini, haruslah disebut terowongan bawah tanah ‘terowongan persahabatan’ yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berada berhadapan satu sama lain, tapi terhubung satu sama lain,” kata Paus Fransiskus saat itu.
Beliau mendorong kelanjutan sikap saling menghargai dan mengasihi agar spiritualitas dan praktik keagamaan dapat berkembang bersama, berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang terbuka, berdasarkan rasa saling menghargai dan mengasihi, serta terlindungi dari kekerasan, fundamentalisme, dan ekstremisme.
Mengulang kembali pernyataannya di awal konferensi pers, Dharma Leksana menyampaikan, “Dengan berat hati, kami mengucapkan duka cita atas kepergian Paus Fransiskus. Beliau adalah inspirasi bagi banyak orang dengan ajaran perdamaian dan kasihnya. Meskipun beliau telah pergi, spirit perdamaian yang beliau ajarkan tetap hidup dan menginspirasi kita semua, terutama di PWGI. Semoga warisannya tetap hidup dalam hati kita.”
Sementara itu, di Vatikan, Kamerlengo Kardinal Kevin Farrell mengumumkan wafatnya Bapa Suci. Dalam kapasitasnya, Kamerlengo memegang wewenang administratif Vatikan selama masa kekosongan Takhta Suci (Sede Vacante). “Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, telah kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya diabdikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya,” ujar Kardinal Farrell.
Paus Fransiskus, terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, mencatat sejarah sebagai Paus pertama dari benua Amerika Selatan dan Paus pertama dari ordo Serikat Yesus (Jesuit). Beliau terpilih sebagai Paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
Kardinal Farrell juga menyoroti warisan spiritual dan kemanusiaan Paus Fransiskus, yang mengajarkan penghayatan nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan kasih universal, terutama bagi mereka yang terpinggirkan.
Sepanjang masa kepausannya, Paus Fransiskus dikenal luas karena pesan-pesannya tentang kasih tanpa syarat, pengampunan, dan solidaritas. Pesan-pesan ini disampaikan melalui berbagai platform, termasuk kunjungan pastoral ke berbagai belahan dunia, termasuk ke wilayah yang dilanda konflik dan kamp pengungsi.
“Dengan rasa syukur yang mendalam atas teladan mulia beliau sebagai murid sejati Tuhan Yesus, kami menyerahkan jiwa Paus Fransiskus ke dalam dekapan kasih ilahi yang tak terbatas dan penuh belas kasih dari Allah Tritunggal,” tutup Kardinal Farrell.
Sebagai tanda duka, lonceng-lonceng kematian berdentang dari Basilika Santo Petrus, dan bendera Vatikan dikibarkan setengah tiang. Sejumlah umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus tampak menundukkan kepala dalam hening doa. (Dh.L./Red)