Wisuda STT Dian Harapan Angkatan XXIII
Wartagereja-jabar.com – Jakarta – Jembatan antara iman, pelayanan, dan teknologi digital kini semakin kokoh dibangun oleh para pemimpin gereja dan jurnalis Kristen di Indonesia. Dalam sebuah langkah nyata memajukan kualitas sumber daya manusia, empat pengurus teras Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) berhasil menuntaskan studi Pascasarjana mereka di Sekolah Tinggi Teologi Dian Harapan (STT Dian Harapan), dan diwisuda pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Gedung ITC Cempaka Mas, Jakarta.
Keberhasilan ini bukan sekadar pencapaian akademis, melainkan perwujudan visi PWGI untuk mencetak pemimpin gereja dan jurnalis Kristen yang mampu menjawab tantangan era digital. Studi yang mereka tempuh, mulai dari Sarjana Teologia (S.Th.), Magister Teologi (S2) hingga Doktor Teologi (S3), seluruhnya berfokus pada relevansi iman Kristen dan pelayanan di tengah pusaran teknologi dan algoritma.

Visi PWGI: Membangun Kompetensi Digital dalam Pelayanan
Sekretaris Umum PWGI, Ribut Karyoo, M.Th., menekankan bahwa dukungan terhadap studi lanjut ini adalah bagian integral dari misi organisasi. “Untuk mewujudkan visi misi dalam Pendidikan secara nyata, kami telah mengutus beberapa pengurus PWGI untuk melanjutkan studi,” ujar Ribut Karyono, M.Th.
Lima orang pengurus Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) yang menuntaskan studi dengan topik-topik strategis tersebut adalah:
- Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si. (Ketua Umum PWGI): Meraih gelar Doktor Teologi.
- Pdt. Dr. Johanes Imanuel Tuwaidan, S.Th., M.Min. (Dewan Penasihat PWGI): Meraih gelar Doktor Teologi.
- Pdt. (Em.) Hosea Sudarna, S.Th., M.Th. (Dewan Pendiri PWGI): Meraih gelar Magister Teologi.
- Carlla Paulina Waworuntu, S.Th., M.Th. (Bendahara Umum PWGI): Meraih gelar Magister Teologi.
- Vera Tutupary, S.Th (Pengurus DPD PWGI Provinsi Jakarta) meraih gelar Sarjana Teologia (S.Th.)

Menjawab Era Digital dengan Teologi Algoritma dan Hermeneutika Baru
Keunikan pencapaian lima serangkai ini terletak pada kedalaman topik penelitian mereka yang secara eksplisit membahas persimpangan antara iman dan teknologi—sejalan dengan fokus pada Teologi Digital yang sangat relevan saat ini.
Ketua Umum PWGI, Dr. Dharma Leksana, yang lulus cum laude, didapuk menyampaikan Orasi Ilmiah mewakili Wisudawan Angkatan ke-23. Disertasinya yang berjudul “Algorithmic Theology: A Conceptual Map of Faith in the Digital Age” (Teologi Algoritma: Peta Konseptual Iman di Era Digital), menawarkan kerangka berpikir baru bagi gereja untuk memahami bagaimana iman berinteraksi dan bertransformasi dalam dunia yang dipandu oleh algoritma. Menurutnya, ketika algoritma mulai membentuk cara orang berinteraksi, berdoa, dan bahkan menafsirkan Firman, gereja harus memiliki peta konseptual agar imannya tetap relevan dan transformatif.
Senada dengan itu, Pdt. Dr. Johanes Imanuel Tuwaidan, yang juga seorang pendeta senior di GKI Palsigunung, membawakan orasi ilmiah dengan topik “Faith Protest in the Digital Era: A Historical-Grammatical Hermeneutic of Matthew 15:22–28 and Theological Reflections on Christian Demonstration and the Responsibility of the Digital Church.” Disertasinya yang membahas Unjuk Rasa Iman di Era Digital menyoroti tanggung jawab etis dan teologis gereja dalam merespons isu-isu sosial melalui ruang digital.
Sementara itu, di tingkat Magister, Pdt. (Em.) Hosea Sudarna menyelesaikan tesisnya yang selaras dengan bidang pastoral yang digelutinya, “The Pastoral Role as Staff and Bridge in the Digital Era: A Metaphorical Analysis and the Relevance of Digital Theology for the Contemporary Church.” Pdt. Hosea, yang juga anggota FKUB Jakarta Timur dan Ketua Umum Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Bersama (WKPUB), menunjukkan bahwa peran penggembalaan tetap krusial, berfungsi sebagai tongkat dan jembatan di tengah tantangan fragmentasi digital.
Tak ketinggalan, Carlla Paulina Waworuntu,S.Th., M.Th. Bendahara Umum PWGI, mengangkat topik praktis pelayanan: “Homiletika di Era Digital: Menuju Model Hybrid Homiletics.” Tesis ini menawarkan model khotbah yang relevan, memadukan bentuk tradisional dan format digital (hybrid) untuk menjangkau jemaat di berbagai platform yang semakin beragam.
Inspirasi Seumur Hidup: Belajar Tak Kenal Usia
Prosesi wisuda, yang dipimpin oleh Rektor STT Dian Harapan Pdt. Dr. Freddy Daniel Tuela M.Th, M. Pd., sekaligus sebagai Ketua Program Pascasarjana, berlangsung khidmat. Kehadiran para dosen dan promotor seperti Dr. Vrolly Wowor M.Th, M.Pd., semakin mengukuhkan momen penting ini.
Apresiasi dan inspirasi mengalir deras, salah satunya dari Pdt. Jahenos Saragih, S.Th., M.Th., MM., Ketua Dewan Penasihat PWGI. Ia secara khusus menyoroti semangat Pdt. Hosea Sudarna yang tetap bersemangat meraih gelar Magister di usia emeritusnya (pensiun).
“Dalam hidup kita, proses belajar adalah proses perjalanan seumur hidup. Belajar tak kenal waktu dan usia,” kata Pdt. Jahenos. “Apresiasi kepada Pdt. Hosea Sudarna meskipun sudah emeritus, namun beliau tetap semangat mengembangkan diri. Proficiat juga kepada Dharma Leksana, Pdt. Johanes Imanuel Tuwaidan, dan Carlla Paulina, kalian dapat menjadi teladan sesuai amanat dewan pendiri PWGI.”
Keberhasilan empat pengurus PWGI ini, dengan fokus tajam pada teologi digital dan tantangan era modern, menjadi angin segar sekaligus panggilan bagi seluruh elemen gereja dan jurnalisme Kristen. Mereka tidak hanya meraih gelar, tetapi juga membekali diri dengan ilmu yang relevan untuk memastikan iman dan pelayanan tetap menjadi mercusuar di tengah pusaran data dan algoritma. Capaian ini diharapkan dapat menginspirasi publik luas, terutama generasi muda, bahwa profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia adalah kunci untuk mengarungi masa depan.
Ucapan selamat pun mengalir deras dari jajaran DPP, DPD, hingga DPC PWGI, juga dari gereja-gereja mitra dan lembaga-lembaga pendukung, seperti Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Bersama (WKPUB) dan lainnya.

Lebih dari Sekadar Gelar
Prosesi wisuda ditutup dengan ikrar wisudawan dan lantunan Mars STT Dian Harapan. Namun bagi kelima pengurus PWGI, gelar akademik bukan sekadar simbol, melainkan mandat untuk melayani dengan lebih mendalam.
Hari itu, di Jakarta, lahir bukan hanya doktor dan magister baru, serta Sarjana baru tetapi juga saksi hidup bahwa iman dan intelektualitas dapat berjalan bersama. Di tengah derasnya arus digital, mereka memilih menjadi terang—membawa Injil hingga ke ruang siber.
(TIM PUBLIKASI DPP PWGI/Red.***)
