
Wartagereja-jabar.com – Jakarta, Jemaat beserta seluruh elemen masyarakat di kawasan Danau Toba, tumpah ruah mengikuti Doa Bersama Merawat Alam Tano Batak, yang berlangsung di HKBP Lumban Julu, Toba, Sumatera Utara, pada Sabtu (1/3/2025).
Doa bersama yang diprakarsai oleh para pendeta peduli terhadap kelestarian lingkungan ini, berlangsung hikmat, dan tidak hanya ajang refleksi dan permohonan kepada Tuhan, tetapi juga menjadi bentuk solidaritas dalam menjaga alam dan tanah leluhur dari berbagai ancaman, termasuk eksploitasi yang dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Ephorus HKBP, Pdt. Victor Tinambunan dalam khotbahnya menegaskan, bahwa ada hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dengan tanah.
“Tanah bisa diartikan adalah nenek moyang kita. Sebab itu, sangat Alkitabiah jika tanah harus diperlakukan dengan santun dan rasa hormat. Allah meminta kita untuk merawat bumi, memelihara alam semesta. Saat ini kita juga perlu pikirkan ulang soal kepemilikan manusia atas tanah. Kita perlu sadar diri, tanah bukan melulu sebagai objek dalam kehidupan manusia. Sebagai pribadi, kelompok, dan perusahaan, bukan pemilik tanah. Tuhan lah tetap sebagai pemilik tanah hingga saat ini,” tegas Ephorus.

Lebih jauh dijelaskan Pdt. Victor Tinambunan, adanya pemahaman antroposentrik, alam dan semua yang ada didalamnya, diciptakan Allah untuk dan demi manusia semata. Akibatnya tanah hanya sebagai objek, komoditi, dan aset. Pemahaman inilah yang menjadi sumber malapetaka.
“Inilah yang sekarang terjadi dan di Tano Batak yang Tuhan cintai. Saya ikuti betul perkembangan di Tano Batak 32 tahun terakhir ini. Kita semua lihat mengalami bahkan ada yang menjadi korban. Betapa seringnya banjir, tanah longsor, yang telah memakan korban, tanah pertanian juga hancur sehingga warga tidak bisa mengusahakan tanah,” ungkapnya.
Musibah dan bencana yang kerap terjadi, menurut Ephorus HKBP, bukanlah ujian dari Tuhan, dan bukan suratan nasib orang Batak, melainkan ulah manusia yang butuh pertobatan. “Kita percaya Tuhan tidak akan pernah meninggalkan ciptaanNya, Tanah Batak juga ciptaanNya. Sebab itu, jangan tinggalkan Dia. Salah satu tanda kita tidak meninggalkan Tuhan yaitu kita seirama dengan gerak Tuhan, menghargai dan merawat Tanah Batak yang kita cintai ini,” pungkasnya.
Dalam rangkaian ibadah, Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan menyampaikan ungkapan hati terkait apa yang dialami masyarakat di Tanah Batak. Menurutnya, gereja-gereja di Indonesia patut bersyukur dan berterimakasih kepada HKBP dan gereja-gereja di Sumatera Utara, yang telah mengingatkan akan panggilan Kristus untuk selalu menyuarakan suara kenabian.
“Kita paham betul bagaimana sekarang perusahaan yang mengeksploitasi alam kita itu sebetulnya sudah lama dikritik dan diprotes, pernah ditutup, ganti nama, ada upaya kriminalisasi, dan sebagainya, tapi hingga saat ini masih ada. PGI pernah bersurat kepada gereja-gereja di Sumut supaya terus bersuara terhadap ketidakadilan ekologis ini,” katanya.

Ditambahkan, gereja-gereja di Indonesia juga berterimakasih karena gereja-gereja di Sumut telah dipakai Tuhan untuk menyuarakan suara profetis berdasarkan nyali profetis, yang berasal dari Roh Kudus. “Untuk itu kami mewakili 105 sinode gereja-gereja di Indonesia mengatakan saudara-saudara di Tanah Batak tidak sendiri. Kalian punya saudara dari berbagai sinode, yang akan kami dorong sedemikian rupa untuk menjadikan perjuangaan ini, menjadi perjuangan gereja-gereja di Indonesia,” kata Pdt. Darwin Darmawan.
Menurutnya, gereja-gereja butuh kesabaran profetis karena advokasi untuk keadilan ekologis akan memakan waktu yang panjang, dan akan berhadapan dengan kekuasaan, serta modal yang rakus. Diapun menambahkan pesan yang disampaikan Ketum PGI, Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty, bahwa PGI sepenuhnya mendukung perjuangan masyarakat adat dalam menuntut hak hidup dan lingkungannya.
Doa Bersama Merawat Alam Tano Batak dapat berjalan dengan baik, meski sebelumnya tim pelaksana acara mengabarkan ada upaya dari pihak tertentu yang kurang berkenan terhadap kegiatan ini, sengaja menggelar acara di Lapangan Hasahatan Jonggi Manulus, lokasi yang rencananya menjadi tempat doa bersama.
Guna menghidari hal-hal yang tidak diinginkan, panitia memindahkannya ke sebuah gedung. Awalnya sudah disepakati tapi dibatalkan oleh pemiliknya. Doa bersama akhirnya dilakukan di Gereja HKBP Lumban Julu, Toba, Sumatera Utara.(TIM PWGI) Sumber berita : https://pgi.or.id/pgi-dukung-doa-bersama-merawat-alam-tano-batak-terus-bersuara-melawan-ketidakadilan-ekologis/